Hari ini, Kamis (14/9/2017) deklarasi dukungan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dalam bentuk surat rekomendasi kepada pasangan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur sulsel 2018-2023 NH-Azis resmi diserahkan. Maknanya, Partai Nasdem bersepakat untuk berkoalisi dengan Partai Golkar yang lebih awal mendeklarasikan pasangan NH-Azis.
Koalisi Partai Golkar dan Partai Nasdem mengakumulasi sejumlah 25 kursi di DPRD Sulsel, perolehan yang melampaui prasyarat untuk melaju sebagai kontestan yakni sebanyak 17 kursi.
Dengan demikian, sejauh ini yang relatif pasti tampil menjadi bakal calon gubernur/wakil gubernur baru NH-Azis yang ditegaskan melalui dukungan parpol secara terbuka. Figur lain, seperti NA, IYL dan AAN yang santer dibicarakan juga akan menjadi kontestan masih dalam proses lobby untuk meyakinkan parpol-parpol lain yang belum menegaskan dukungan mereka pada kandidat tertentu.
Koalisi Perubahan?
Sedari awal, sejak menyatakan diri maju dalam pilgub sulsel, pasangan NH-Azis bergerak dengan mendiseminasikan gagasan ‘Sulsel Baru’ dan ‘Membangun Desa’ serta ‘Pulang Kampung’, dari ketiga jargon besar yang coba di sosialisasikan ke publik Sulsel tersirat pesan soal agenda-agenda transformatif atau ‘rencana perubahan’.
Bergabungnya Partai Nasdem, selain dengan pertimbangan kalkulasi politik pada tataran pragmatis, juga tentunya tidak bisa dinafikan soal ‘chemistry’ substantif mengenai kesamaan cita-cita yang tergambar pada pilihan diksi atau jargon yakni; Sulsel Baru oleh NH-Azis dan Restorasi yang selalu identik dengan partai Nasdem.
Sulsel Baru dan Restorasi menyiratkan makna soal ekspektasi untuk mentransformasikan tatanan yang dinilai sedang stagnan atau status quo. Artinya, NH-Azis telah memotret anatomi tantangan dan potensi untuk dikapitalisasi menjadi modal dalam menggerakkan kemajuan sulsel.
Bergabungnya Partai Golkar dan Partai Nasdem dalam satu barisan bisa mewujud menjadi kekuatan besar jika potensi yang dimiliki dimanage secara apik dan sistematis, dukungan Partai Nasdem dan variabel RMS adalah faktor penguat bagi pasangan NH-Azis untuk memenangkan pilgub Sulsel, tentu dengan racikan strategi yang relevan. Era milineal ini menuntut para kontestan dan parpol untuk adaptif dengan situasi kekinian dalam memenangkan pertarungan politik.
Beberapa Catatan!
Pertama, Pertarungan politik pun menuntut para pihak untuk selalu hadap diri dan berjiwa besar dalam menghadapi kritik serta membaca kekurangan mereka masing-masing. Negatif champaign merupakan peristiwa jamak yang sering dijumpai dalam era demokrasi modern.
NH-Azis saya yakin, pun telah memapping secara cermat soal kekurangan yang melekat pada diri mereka masing-masing yang kemungkinan akan dijadikan ‘amunisi’ dalam dinamika politik yang dalam waktu kedepan tensinya akan semakin ‘panas’. Perlu menyiapkan strategi yang relevan dan bijak dalam mengatasinya.
Kedua, NH-Azis perlu menyiapkan agenda besar terkait dengan mencapaian menuju tatanan ‘Sulsel Baru’ yang sistematis, terukur, reliable, transparan dan partisipatif. Rencana besar bukan janji-janji manis yang menjadi fosil setelah kontestasi berlalu dan kekuasaan berhasil direbut, tetapi amanah yang harus diwujudkan sebagai pertanggungjawaban sosial dan imanen. Selamat Berjuang !Wallahu ‘alam bishawwab
Muzakkir Djabir. Direktur Eksekutif Pusat Studi dan Transformasi (PUSARAN) Indonesia, Ketua Umum PB HMI 2005-2007 (tulisan ini disadur dari web edunews.id)
Sumber: Makassarbicara.com