Pemilu sela (midterm elections) Amerika Serikat di musim gugur pada tanggal 8 November yang lalu, menjadi momen krusial bagi posisi mayoritas tipis Partai Demokrat di Senat maupun DPR. Krusial karena berkait erat dengan keberlangsungan agenda atau kebijakan Presiden Biden, khususnya dalam masa tersisa dua tahun kepemimpinannya dan juga peluangnya untuk kembali maju sebagai calon Presiden Demokrat pada pemilu 2024 mendatang.
Jika Demokrat kehilangan kursi dalam jumlah signifikan dan mayoritas dipegang oleh Partai Republik dapat dipastikan agenda atau program yang dicanangkan Gedung Putih tidak bisa berjalan mulus, akan banyak tantangan bahkan blokade dari Republik. Sekarang saja, ketika Demokrat menguasai DPR maupun Senat, Biden masih membutuhkan energi ekstra dalam meloloskan setiap program atau kebijakan-kebijakannya.
Berdasarkan penghitungan sementara, nampaknya Biden dan Partai Demokrat masih bisa bernafas lega, kekhawatiran akan tergerusnya perolehan kursi secara signifikan di Senat, DPR maupun posisi Gubernur di negara-negara bagian tidak terbukti, ‘gelombang merah’ (red wave) yang digembar-gemborkan Partai Republik ternyata diluar ekspektasi mereka, meski Republik hampir pasti akan menguasai DPR tetapi selisih perolehan kursinya dengan Demokrat tidak signifikan, memang sudah menjadi preseden, partai penguasa pada Pemilu Sela biasanya kalah dari partai oposisi.
Di masa Presiden Clinton, pada Pemilu Sela di tahun 1994, Demokrat kehilangan 54 kursi DPR dan 63 kursi saat Pemilu Sela tahun 2010 di era kepemimpinan Presiden Obama. Wajar jika timbul kekhawatiran Partai Demokrat akan kehilangan banyak kursi karena pelaksanaan Pemilu Sela momennya bersamaan dengan situasi ekonomi AS sedang mengalami banyak masalah, terutama soal inflasi yang melambung tinggi, akibatnya harga bahan pokok, housing dan gas naik, belum lagi kasus kriminal seperti penembakan warga yang juga tinggi.
Meski sudah berlalu Dua hari, hasil perolehan kursi yang fix masih harus menunggu prose penghitungan suara di beberapa negara bagian yang menjadi wilayah battleground antara Demokrat dan Republik, yakni; Nevada, Arizona, Wisconsin dan Georgia. Bahkan di Georgia akan dilaksanakan pemungutan suara putaran kedua pada tanggal 6 Desember mendatang karena kandidat Senator Demokrat Raphael Warnock maupun kandidat Senator Republik Herschel Walker belum seorang pun memperoleh 50% plus satu sesuai aturan di negara bagian tersebut.
Pemilu Sela kali ini, nampak lebih dinamis, pemilih antusias menuju bilik-bilik suara, tercatat lebih dari 45 juta warga mencoblos lebih awal, diprediksi Pemilu Sela sekarang ini tercatat sebagai rekor baru dan melampaui rekor pemilih pada Pemilu Sela tahun 2018 yakni sebanyak 115 juta orang.
Pertarungan sengit antara Biden dan Trump, Republik dengan Demokrat pada pemilu 2020 kelihatan masih membekas dan berlanjut hingga kini. Tidak hanya itu, pembelahan secara politik dan sosiologis juga masih nyata. Trump dikabarkan kecewa dan marah atas hasil Pemilu Sela ini karena pencapaian Partai Republik diluar ekspektasi, kandidat Republik yang diendorse sendiri oleh Trump banyak yang kalah. Akankah ini, mempengaruhi pikirannya untuk urun kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2024?.
Rencana Trump untuk menyampaikan pengumuman penting di kediamannya pada tanggal 15 November kemungkinan di tunda, sampai proses penghitungan suara dan pemungutan suara putaran kedua di Georgia selesai. Sejauh ini, nampak Trump masih berambisi untuk maju dalam Pemilu 2024 mendatang. Di internal Partai Republik sendiri banyak yang menentang pencalonan kembali Trump, diantaranya Liz Cheney dan Ron DeSantis yang baru terpilih kembali sebagai Gubernur Florida yang merupakan salah satu kandidat kuat calon Presiden dari Partai Republik.
Obama menjadi salah satu faktor, mengapa suara Demokrat tidak tergerus banyak, magnet Obama masih cukup kuat, di negara-negara bagian yang menjadi ‘medan tempur’ sengit antara Demokrat dan Republik, Obama terjun langsung berkampanye mengajak pemilih untuk memenangkan kandidat Demokrat serta mendukung kebijakan-kebijakan Presiden Biden. Pennsylvania yang merupakan salah satu basis utama Republik berhasil direbut oleh Demokrat.
Ala kulli hal, Apa pun hasil dari Pemilu Sela ini, nampaknya tidak akan terlalu berpengaruh terhadap arah kebijakan pemerintahan Presiden Biden, kekuatan politik di DPR maupun Senat tetap berimbang, Republik tidak akan mudah memblokir atau mementahkan kebijakan Presiden Biden. Rabu petang kemarin, dalam pernyataannya merespons pelaksanaan dan perkembangan hasil penghitungan sementara, Biden menyatakan siap bekerja sama dengan mitranya dari Republik serta tetap melanjutkan program dan kebijakan pemerintahannya.
Dua tahun kedepan, tantangan kepemimpinannya akan lebih berat sekaligus menentukan masa depan karir politiknya, jika sukses mengatasi problem domestik seperti ‘guncangan’ ekonomi dan kriminalitas, mungkin Biden dengan percaya diri akan kembali mendapatkan/mengambil tiket pencapresannya di Pemilu 2024!
Penulis: Muzakkir Djabir
Fayetteville, USA
Sumber: Paradigma.co.id